D. Zawawi Imron
Manusia dilahirkan ke dunia dilengkapi akal dan pikiran
serta hati nurani. Dengan akal dan pikiran diharapkan manusia bisa cerdas dan
terampil dalam menyelesaikan masalah-masalah hidup. Misalnya, untuk tidak lapar
manusia dikaruniai karsa (kehendak) untuk bekerja mendapatkan rezeki. Dengan
akal pikiran manusia bisa memandang kehidupan ini dengan jernih, lebih dari itu
bisa mengembangkan kecerdasan perasaannya sehingga bisa menemukan sejenis
“hakikat” untuk apa hidup ini.
Kalau otak dan kalbu itu digunakan dengan baik, manusia akan
bisa hidup dengan aman dan tentram. Sebab orang yang menggunakan akal dan
perasaannya dengan sebaik-baiknya pasti ingin menciptakan hidup ini menjadi
berguna dan bermakna baik untuk dirinya sendiri dan orang lain. Setiap orang
yang menggunakan akal sehatnya dan ketajaman emosionalnya dengan baik tentunya
ingin hidup terhormat.
Tetapi kenapa ada oarang suka menipu, mencopet, merampok,
korupsi, membunuh, dan merugikan oranng lain ? sebabnya tidak lain ialah,
karena manusia mempunyai hawa nafsu yang mengajak jalan yanng merugikan. Di
dalam kitab suci Al-Qur’an ALLAH SWT berfirman yang artinya : “ Maka
sesungguhnya hawa nafsu itu menyuruh (mengajak) kepada keburukan.”
Dengan demikian, setiap kejelekan, keburukan, kebusukan, dan
segenap hal tindakan yang merugikan, tidak lain adalah ajakan dan suruhan dari
hawa nafsu yanng dihembuskan syaitan dalam jiwa manusia. Bahkan syaitan itu
bisa menyerap mengikuti aliran darah untuk bisa mempengaruhi manusia untuk mau
berbuat jelek serta melanggar kemanusiaan serta semua larangan ALLAH SWT.
ALLAH Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Maka untuk
menyelamatkan umat manusiaagar tidak melayani syaitan dan ajakan hawa nafsu,
ALLAH SWT menurunkan agama Islam, tidak lain adalah untuk menyelamatkan umat
manusia.
Sekarang persoalannya, manusia itu sendiri mau menyelamatkan
diri denngan berlindung pada agama ALLAH SWT atau tidak. Jika tidak, maka ia
selalu siap untuk diperdayakan dan dijerumuskan oleh syaitan. Oranng yang
demikian akan selalau menuruti hawa nafsunya. Dalam menjalankan kehidupan akan tidak
berfikir tentang baik dan buruk, halal dan haram akan dianggap sama saja.
Bahkan ada yang mengeluarkan semboyan : “ Jangankan cari yang halal, cari yang
haram saja sulitnya setengah mati.”
Orang seperti itu tidak lain ialah orang yang membelakangi
ajaran ALLAH SWT, meremehkan kemanusiaan dan tidak menghormati kehidupan. Orang
seperti itu siap untuk menjadi musuh ALLAH SWT.
Sedangkan orang yang berlindung di bawah agama ALLAH SWT,
dalam kehidupan sehari-harinya akan selalu berusaha keras untuk menyesuaikan
hidupnya dengan semua yang diperintahkan dan diajarkan oleh ALLAH SWT.
Dalam menyelamatkan umat manusia, ALLAH SWT menurunkan kitab
suci Al-qur’an yang seluruhnya berisi ajaran jalan keselamatan. Itu saja belum
cukup, ALLAH SWT masih menurunkan lagi utusan-Nya (Rosulullah) yang berupa Nabi
Muhammad SAW tidak lain adalah sebagai teladan atau contoh. ALLAH berfirman di
dalam Al-Qur’an yang artinya : “Sunngguh ada pada pribadi Rosulullah itu
contoh teladan yang baik.”
Nabi Muhammad SAW adalah utusan ALLAH SWT yang bertugas
menyampaikan Al-Qur’an kepada umat manusia. Artinya, akhlak dan kehidupan Nabi
Muhammad SAW selalu mencermin dari isi Al-Qur’an. Apa yang tertulis dan yang
tersirat di dalam Al-Qur’an akan selalu tercermin dalam perilaku Nabi Muhammad
SAW. Karena itu, Siti Aisyah (istri Nabi Muhammad) mengatakan bahwa, “Akhlak
Nabi Muhammad adalah Al-Qur’an.”
Jadi orang yang ingin mengamalkan isi Al-Qur’an caranya
tidak lain adalah mencontoh semua apa yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW.
Shalatnya meniru Rosulullah, tingkah lakunya meniru Rosulullah, kemarahan dan
santunnya meniru Rosulullah, kepeduliannya kepada fakir miskin meniru
Rosulullah SAW.
Siapa
yang akhlak dan kehidupan sehari-harinya meniru Rosulullah, berarti berusaha
hidupnya berguna bagi orang lain. Rosulullah diutus oleh ALLAH SWT sebagai “rahmat“
bagi alam semesta. Maka barang siapa meniru akhlak Rosulullah SAW, pasti orang
itu akan menyenangkan orang lain. Lukisan hidup Rosulullah SAW, misalnya
terdapat pada sebuah syair :
Nabi
Muhammad SAW utusan Illahi
Wajahnya
jernih ceria berseri
Kalau
senyum bertemu insan
Terhapus
sedih dan kesusahan
Orang
yang setia pada ajaran ALLAH SWT
Dan Rosulullah SAW akan selalu berusaha untuk berwajah ceria
dan menyenangkan orang lain. Ingat, Rosulullah SAW pernah bersabda, yang
artinya : “Senyummu untuk saudaramu itu menjadi sedekah.”
Sungguh berbahagialah orang yang menyelamatkan diri ke dalam
agama ALLAH SWT lalu mengembangkan kasih sayang di dalam dirinya sehingga
penampilan sehari-harinya selalu menunjukkan kedamaian sebagaimana yang
dicontohkan oleh Rosulullah SAW.
Karena itu, para pengikut Nabi Muhammad SAW harus
menggunakan akal pikirannya seoptimal mungkin, karena tugas otak adalah
berfikir, adalah belajar untuk menambah ilmu agar hati mennjadi semakin dekat
dengan ALLAH SWT serta senang melaksanakan ajaran ALLAH SWT dan Rosul-Nya.
Tidak kalah penting ialah menajamkan perasaan (kalbu) dengan
banyak berdzikir, baca Al-Qur’an, baca sholawat, dan lain-lain, agar di dalam
hati bisa berkembang aneka kecerdasan yang membuat ruang di dalam kalbu semakin
luas dan dalam.
Apabila ruanng kalbu sudah terisi dengan dzikir, Insya Allah
ajakan syaitan dan hawa nafsu bisa ditolak dan di tepis. Itulah kemenangan
sejati bagi orang yang senanang berdzikir dan bertakwa kepada ALLAH SWT.
Mungkin ada pertanyaan, bagaimana dengan orang yang berilmu
tetapi masih menipu dan korupsi ? orang seperti itu belum bisa menjalin harmoni
antara ilmu dengan perbuatan. Ilmunya masih dalam tingkat wacana.
Karena itu bagi orang yang sudah punya ilmu ada tugas penting
untuk segera mengamalkan ilmunya. ilmu yang tidak diamalkan sama dengan
pohon yang tidak berbuah.
Dari sini kita punya tugas, yaitu menumbuhkan rasa senang
berbuat amal. Seperti ada rasa malu yang mendalam kepada ALAAH SWT sampai ilmu
yang kita miliki tidak bisa kita amalkan. Rasa cinta kepada Rosulluh SAW bisa
dijadikan landasan untuk senang beramal seperti yang telah diajarkan dan
dicontohkan oleh Rosulullah SAW.
Tanpa berusaha keras untuk mengamalkan ilmu yang telah
dimiliki, maka ilmu yang kita pelajari akan tidak ada gunanya. Itulah bencana dan
malapetaka bagi orang yang punya ilmu. Kita berdo’a, semoga dibimbing ALLAW SWT
untuk bisa mengamalkan semua ilmu yang kita miliki. AMIN,,,,,,,,,,,,,,.
SEMOGA
BERMANFAAT (:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar