Jumat, 29 November 2013

MENGAMALKAN ILMU


Mengamalkan Ilmu
D. Zawawi Imron

Manusia dilahirkan ke dunia dilengkapi akal dan pikiran serta hati nurani. Dengan akal dan pikiran diharapkan manusia bisa cerdas dan terampil dalam menyelesaikan masalah-masalah hidup. Misalnya, untuk tidak lapar manusia dikaruniai karsa (kehendak) untuk bekerja mendapatkan rezeki. Dengan akal pikiran manusia bisa memandang kehidupan ini dengan jernih, lebih dari itu bisa mengembangkan kecerdasan perasaannya sehingga bisa menemukan sejenis “hakikat” untuk apa hidup ini.

Kalau otak dan kalbu itu digunakan dengan baik, manusia akan bisa hidup dengan aman dan tentram. Sebab orang yang menggunakan akal dan perasaannya dengan sebaik-baiknya pasti ingin menciptakan hidup ini menjadi berguna dan bermakna baik untuk dirinya sendiri dan orang lain. Setiap orang yang menggunakan akal sehatnya dan ketajaman emosionalnya dengan baik tentunya ingin hidup terhormat.
Tetapi kenapa ada oarang suka menipu, mencopet, merampok, korupsi, membunuh, dan merugikan oranng lain ? sebabnya tidak lain ialah, karena manusia mempunyai hawa nafsu yang mengajak jalan yanng merugikan. Di dalam kitab suci Al-Qur’an ALLAH SWT berfirman yang artinya : “ Maka sesungguhnya hawa nafsu itu menyuruh (mengajak) kepada keburukan.”
Dengan demikian, setiap kejelekan, keburukan, kebusukan, dan segenap hal tindakan yang merugikan, tidak lain adalah ajakan dan suruhan dari hawa nafsu yanng dihembuskan syaitan dalam jiwa manusia. Bahkan syaitan itu bisa menyerap mengikuti aliran darah untuk bisa mempengaruhi manusia untuk mau berbuat jelek serta melanggar kemanusiaan serta semua larangan ALLAH SWT.
ALLAH Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Maka untuk menyelamatkan umat manusiaagar tidak melayani syaitan dan ajakan hawa nafsu, ALLAH SWT menurunkan agama Islam, tidak lain adalah untuk menyelamatkan umat manusia.
Sekarang persoalannya, manusia itu sendiri mau menyelamatkan diri denngan berlindung pada agama ALLAH SWT atau tidak. Jika tidak, maka ia selalu siap untuk diperdayakan dan dijerumuskan oleh syaitan. Oranng yang demikian akan selalau menuruti hawa nafsunya. Dalam menjalankan kehidupan akan tidak berfikir tentang baik dan buruk, halal dan haram akan dianggap sama saja. Bahkan ada yang mengeluarkan semboyan : “ Jangankan cari yang halal, cari yang haram saja sulitnya setengah mati.”
Orang seperti itu tidak lain ialah orang yang membelakangi ajaran ALLAH SWT, meremehkan kemanusiaan dan tidak menghormati kehidupan. Orang seperti itu siap untuk menjadi musuh ALLAH SWT.
Sedangkan orang yang berlindung di bawah agama ALLAH SWT, dalam kehidupan sehari-harinya akan selalu berusaha keras untuk menyesuaikan hidupnya dengan semua yang diperintahkan dan diajarkan oleh ALLAH SWT.
Dalam menyelamatkan umat manusia, ALLAH SWT menurunkan kitab suci Al-qur’an yang seluruhnya berisi ajaran jalan keselamatan. Itu saja belum cukup, ALLAH SWT masih menurunkan lagi utusan-Nya (Rosulullah) yang berupa Nabi Muhammad SAW tidak lain adalah sebagai teladan atau contoh. ALLAH berfirman di dalam Al-Qur’an yang artinya : “Sunngguh ada pada pribadi Rosulullah itu contoh teladan yang baik.”
Nabi Muhammad SAW adalah utusan ALLAH SWT yang bertugas menyampaikan Al-Qur’an kepada umat manusia. Artinya, akhlak dan kehidupan Nabi Muhammad SAW selalu mencermin dari isi Al-Qur’an. Apa yang tertulis dan yang tersirat di dalam Al-Qur’an akan selalu tercermin dalam perilaku Nabi Muhammad SAW. Karena itu, Siti Aisyah (istri Nabi Muhammad) mengatakan bahwa, “Akhlak Nabi Muhammad adalah Al-Qur’an.”
Jadi orang yang ingin mengamalkan isi Al-Qur’an caranya tidak lain adalah mencontoh semua apa yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. Shalatnya meniru Rosulullah, tingkah lakunya meniru Rosulullah, kemarahan dan santunnya meniru Rosulullah, kepeduliannya kepada fakir miskin meniru Rosulullah SAW.
Siapa yang akhlak dan kehidupan sehari-harinya meniru Rosulullah, berarti berusaha hidupnya berguna bagi orang lain. Rosulullah diutus oleh ALLAH SWT sebagai “rahmat“ bagi alam semesta. Maka barang siapa meniru akhlak Rosulullah SAW, pasti orang itu akan menyenangkan orang lain. Lukisan hidup Rosulullah SAW, misalnya terdapat pada sebuah syair :
Nabi Muhammad SAW utusan Illahi
Wajahnya jernih ceria berseri
Kalau senyum bertemu insan
Terhapus sedih dan kesusahan
Orang yang setia pada ajaran ALLAH SWT
Dan Rosulullah SAW akan selalu berusaha untuk berwajah ceria dan menyenangkan orang lain. Ingat, Rosulullah SAW pernah bersabda, yang artinya : “Senyummu untuk saudaramu itu menjadi sedekah.”
Sungguh berbahagialah orang yang menyelamatkan diri ke dalam agama ALLAH SWT lalu mengembangkan kasih sayang di dalam dirinya sehingga penampilan sehari-harinya selalu menunjukkan kedamaian sebagaimana yang dicontohkan oleh Rosulullah SAW.
Karena itu, para pengikut Nabi Muhammad SAW harus menggunakan akal pikirannya seoptimal mungkin, karena tugas otak adalah berfikir, adalah belajar untuk menambah ilmu agar hati mennjadi semakin dekat dengan ALLAH SWT serta senang melaksanakan ajaran ALLAH SWT dan Rosul-Nya.
Tidak kalah penting ialah menajamkan perasaan (kalbu) dengan banyak berdzikir, baca Al-Qur’an, baca sholawat, dan lain-lain, agar di dalam hati bisa berkembang aneka kecerdasan yang membuat ruang di dalam kalbu semakin luas dan dalam.
Apabila ruanng kalbu sudah terisi dengan dzikir, Insya Allah ajakan syaitan dan hawa nafsu bisa ditolak dan di tepis. Itulah kemenangan sejati bagi orang yang senanang berdzikir dan bertakwa kepada ALLAH SWT.
Mungkin ada pertanyaan, bagaimana dengan orang yang berilmu tetapi masih menipu dan korupsi ? orang seperti itu belum bisa menjalin harmoni antara ilmu dengan perbuatan. Ilmunya masih dalam tingkat wacana.
Karena itu bagi orang yang sudah punya ilmu ada tugas penting untuk segera ­­­­­mengamalkan ilmunya. ilmu yang tidak diamalkan sama dengan pohon yang tidak berbuah.
Dari sini kita punya tugas, yaitu menumbuhkan rasa senang berbuat amal. Seperti ada rasa malu yang mendalam kepada ALAAH SWT sampai ilmu yang kita miliki tidak bisa kita amalkan. Rasa cinta kepada Rosulluh SAW bisa dijadikan landasan untuk senang beramal seperti yang telah diajarkan dan dicontohkan oleh Rosulullah SAW.
Tanpa berusaha keras untuk mengamalkan ilmu yang telah dimiliki, maka ilmu yang kita pelajari akan tidak ada gunanya. Itulah bencana dan malapetaka bagi orang yang punya ilmu. Kita berdo’a, semoga dibimbing ALLAW SWT untuk bisa mengamalkan semua ilmu yang kita miliki. AMIN,,,,,,,,,,,,,,.

SEMOGA BERMANFAAT (:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar